101 kesalahan dalam mendidik anak


Ketika telur ayam yang sudah dierami pecah, maka keluarlah anak ayam. Ia memang kelihatan masih lemah. Wajar saja, matanya saja baru terbuka melihat dunia. Lihatlah kemudian, dalam waktu yang tak lama ia akan bereaksi untuk berlindung di bawah tubuh ibunya. Hebatnya, ia bisa langsung berjalan juga. Ajaibnya lagi, ia bisa makan sendiri walau masih dalam bimbingan induknya. Begitu mandirinya si anak ayam. Itu hanyalah seekor anak ayam. Tentu saja berbeda jauh dengan anak manusia. Seorang bayi manusia terlahir dalam keadaan lemah, baik fi sik maupun mentalnya. Ia belum dapat berbuat apa pun. Ia hanya diberi isyarat oleh Tuhan lewat menangis untuk mencari respons apa yang dibutuhkannya. 
    Artinya, bayi masih sangat bergantung kepada ibunya. Ia belum bisa mengandalkan kemampuan dirinya. Ia masih membutuhkan orang lain untuk bisa mengurus dirinya sendiri. Orang tualah yang kemudian wajib melindungi dan membimbingnya. Jika diibaratkan sebuah kertas, maka bayi adalah selembar kertas yang polos dan putih. Di tangan orang tuanyalah sang anak akan dibentuk dan akan menjadi seperti apa ia kelak di masa mendatang. Orang tualah yang bisa membentuk, mengarahkan, membimbing, dan mendidik mereka. Banyak orang yang beranggapan bahwa peran orang tua hanya sampai pada perlindungan fi sik semata. Sebenar nya tidaklah demikian, kita perlu pula melakukan pembimbingan mental. 
    Untuk melakukan semua itu di- bu tuh kan cara bagaimana orang tua menyayangi dan memberi perhatian kepada bayinya. Hal itu bisa dilakukan dengan menggendong atau mendekapnya dengan penuh kasih. Menggendong dan mendekap bayi bukanlah hal sepele. Dekapan atau pelukan tersebut akan berpengaruh besar terhadap sikapnya di kemudian hari. Karena, pola perilaku anak adalah cerminan dari sikap orang tua ter- hadapnya. Selayaknya orang tua memperlakukan sang buah hati dengan penuh kasih. Perlakukanlah anak dengan benar karena sikap tersebut akan dihayati anak dan akan ter cermin dalam perilakunya kelak. Orang tua harus menyadari bahwa setiap anak itu unik, tidak ada satu pun yang sama. Mereka punya potensi, kelebihan, bakat, dan minat yang berbeda-beda. Lihat saja ada anak yang senang matematika, ada anak yang mahir menggambar, ada juga yang terampil berolahraga.
Categories:
Similar Books