Showing posts with label Dakwah. Show all posts
Showing posts with label Dakwah. Show all posts
    
Tidak terhitung nikmat Allah azza wajalla pada diri kita. Di antara nikmat yang tak terhitung tadi adalah nikmat menuntut ilmu. Tidak setiap muslim, diberikan nikmat oleh Allah berupa kesempatan menuntut ilmu. Dan sedikit di antara yang diberi nikmat tadi, yang benar-benar bersyukur kepada Allah akan nikmat yang ia dapat. Betapa banyak dari kita yang lalai dari belajar ilmu syar’i, karena tersibukkan dengan dunia. Betapa banyak dari kita yang lalai dari belajar ilmu syar’i, karena kesombongan yang mengakar kuat dalam dada. 
    Kita berdoa kepada Allah agar mengumpulkan kita bersama golongan para penuntut ilmu dan terus berjuang di jalan ilmu. Banyak kitab yang menjelaskan tentang runtutan belajar yang hendaknya dilalui seorang pembelajar. Namun sedikit sekali yang berbentuk semisal kitab ini. saat menerjemah, kami menemukan ribuan faidah dari penulis.

Detail Buku:
Judul: Demokrasi Madinah Model Demokrasi Cara Rasulullah
Editor: Mohammad Shoelhi
Penerbit: Republika, 2003
ISBN: 979-3210-12-5
Bahasa: Indonesia
Jumlah halaman: 130 halaman
Jenis File: PDF
Besar file: 1,70Mb
Review: Goodreads
Deskripsi:
    Umat Islam boleh berbangga karena dunia pertama kali mengenal undang-undang dasar (konstitusi) tertulis dari Dunia Islam. Konstitusi tersebut dirancang oleh pe- negak Islam, Muhammad Rasulullah, dan dikenal luas sebagai Piagam Madinah. Semenjak itu hingga pada zaman modern sekarang, substansi Piagam Madinah telah menjadi spirit bagi pentingnya keberadaan konstitusi sebuah negara.
    Keberadaan Piagam Madinah yang monumental itu telah diakui para ahli sejarah baik dari Barat maupun dari Timur. Sejarawan Montgomery Watt menamainya The Constitution of Medina, R.A. Nicholson menyebutnya Charter, Philip K. Hitti menyebutnya sebagai Agreement, Zainal Abidin Ahmad sebagai Piagam dan Majid Khaduri menamainya Treaty.
Piagam Madinah telah menjadi bukti bahwa sebuah tatanan negara atau tatanan hubungan antar-kelompok masyarakat dalam tingkatan apapun membutuhkan adanya sebuah perjanjian atau kesepakatan atau konstitusi yang harus dipatuhi bersama. Tanpa adanya konstitusi, kehidupan bernegara dan bermasyarakat tidak akan teratur. Dalam realitas empiris, seperti dialami oleh sejumlah negara, bahwa untuk mengatur kehidupan masyarakat yang plural selama ini diakui tidak mudah. Namun, menurut catatan sejarah, masyarakat Madinah yang plural dengan berbagai keyakinan dan tradisi yang heterogen itu dapat hidup aman, tertib, teratur dan sejahtera di bawah naungan Piagam Madinah. Lebih jauh lagi, piagam ini mengatur hak dan kewajiban serta sistem hubungan antara pemimpin dan yang dipim pin, antara negara dan rakyat, serta cara penyelesaian konflik­vertikal­dan­horisontal.     
Sayang, wacana tentang Piagam Madinah selama ini kurang banyak diminati, hal ini barangkali   disebabkan oleh terbatasnya data dan informasi tentang Piagam Madinah, selain pukasinya juga sangat terbatas. Oleh karena itu, buku ini diterbitkan sebagai upaya untuk memperbanyak informasi tentang Piagam Madinah agar khalayak luas dapat mengetahuinya. Memang dirasakan ada kebutuhan informasi semacam ini, terlebih ketika masyarakat sibuk kembali mempersoalkan keberadaan konstitusi kita.
    Informasi yang disajikan dalam buku ini berasal dari artikel yang pernah diterbitkan oleh harian umum Republika. Penyajian informasi tersebut dalam bentuk buku dirasakan dapat memberikan manfaat lebih besar karena dengan secara demikian masyarakat dapat memperoleh pemahaman yang lebih utuh..
    
Alhamdulil/ahi Rabbi/ 'alamin, segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam, Maha Pengatur dengan sebaik-baik pengaturan. Hanya Dia-lah yang berhak membuat sya­ riat bagi manusia. Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Ba­ ginda Rasulullah Shal/alahu 'alaihiwasallam, penyampai dan pelaksana syariat Islam. Kurban merupakan salah satu ibadah yang disya­ riatkan kepada umat Nabi Muhammad SAW sejak tahun kedua Hijrah. 
    Allah SWT berfirman: "Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan ber­ korbanah." (Qs. Al-Kautsar [108): 2). Kurban (Al-Udh-hiyyah), secara bahasa bermakna hewan yang dikurbankan, atau hewan yang disembelih pada hari ldhul Adha. Menurut Ulama Fiqh, al-udhhi­ yyah adalah menyembelih hewan tertentu, pada waktu tertentu, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT

Tulis Judul yang SEO Friendly
Cover Turutan
Ebook TURUTAN untuk metode belajar mnegaji khas metode lama
Menuntur ilmu adalah sebuah kewajiban bagi muslimin dan muslimat sebagai mana Sabda Rasul SAW : 
طلب العلم فريضة على كل مسلم ومسلمة
Namun bagaimana kita mencari ilmu? yakni dengan mengaji, yap mengaji sesuai dengan apa yang di ajarkan oleh Rasul sebagai mana pernah Nabi belajar pada Malaikat Jibril saat pertama wahyu di turunkan dengan bunyi "Iqro'".
Meski demikian, belajar mengaji tak langsung serta merta langsung bisa seperti membalikan telapak tangan. Tahapan demi tahapan, bahkan perlu banyak nya latihan agar terbiasa. seperti hal nya mengaji Al-Qur'an.
Dahulu banyak metode yang pernah di ajarkan oleh Nabi, sahabat dll. Maka Di jaman sekarang pun banyak sekali metode, mulai dari Iqro', Tilawati, Yanbu'a, Qiro'ati dll.
Namun, penulis tidak mengalami metode tersebut, penulis belajar mengaji dengan metode turutan. yakni metode yang seingat penulis apabila Guru membaca, maka murid mengikuti bacaan Guru, dan membiasakan membaca. 
Di kutip dari salah satu website "Turutan merupakan salah satu sarana untuk mempelajari Al-Qur'an dengan metode Al-Baghdadiyah yang lebih menekankan pada sorogan atau hafalan. Turutan sebelum adanya Iqro sangat terkenal di kalangan para pelajar. Namu semenjak adanya Iqro metode ini pun perlahan mulai ditinggalkan. Namun ada sebagian pelajar atau ustad maupun guru mengaji yang tetap menggunakan Turutan sebagai sarana mereka mengajar atau belajar Al-Qur'an.Source
Di era digital, membaca Al-Qur'an dan belajar nya sungguh sedikit sekali, namun.... sebagian merubah media cetak agar mampu menyebarkan syi'ar dengan mempublikasikan ktab, buku dll dengan bentuk digital. 
Kali ini pun turutan yang pernah penulis pakai selama belajar akan di bagikan di sini, semoga metode ini masih tetap di pakai demi tersyiarnya Agama.


Detail Buku :
Bukan Jodohnya yang Tak Kunjung Datang [Edisi TTD + Pulpen Summer]
Penulis @yanie_gisselya
No. ISBN -
Penerbit : QultumMedia 
Tanggal terbit : November - 2017
Jumlah  : Halaman 188
Text Bahasa : Indonesia ·
Deskripsi Buku :
"Bukan Jodohnya yang Tak Kunjung Datang, Tapi Niatnya yang Perlu Ditata Ulang"
Sinopsis
Berbeda dengan buku-buku dengan tema memantaskan diri yang sudah banyak diterbitkan, seringnya ikhtiar seseorang untuk mendapatkan jodoh dihubungkan dengan amalan-amalan tertentu yang tujuan utamanya adalah untuk menikah. Buku ini ingin mengembalikan pemahaman bahwa jodoh adalah bagian dari takdir Allah yang tidak bisa diintervensi oleh kita. Oleh karena itu, semua amalan kebaikan seperti shalat, silaturahmi, sedekah, puasa, dan lain-lain sebaiknya diniatkan untuk  beribadah kepada Allah SWT bukan semata tujuan menikah.
Inilah sebaik-baiknya memantaskan diri bagi seorang muslimah, menunggu aktif. Menanti dengan sabar, tapi di sisi lain menjemputnya dengan aktif lewat ibadah kepada Allah SWT. Apalagi muslimah yang "kuasa" untuk menjemput jodohnya tidak seleluasa laki-laki.
Detail Buku:
1. Syaikh Yusuf Al-Makassari 
2. Etika religius
3. Dakwah pembebasan
ISBN: 979-25-5339-8
ISBN 13: 978-979-25-5339-0
Editor: Yemmestri Enita
Penyelaras Akhir: Ahmala Arifin
Rancang Sampul: Haitami el-Jaid
Penata Isi: Santo
Penerbit & Distribusi:
LKiS Yogyakarta
Cetakan I: Mei 2011
Percetakan:
PT. LKiS Printing Cemerlang
Deskripsi :
Buku ini menyajikan tokoh Syaikh al-Haj Yusuf Abu Alam Mahasin Hadiyatullah al-Taj al-Khalwati al-Maqashshariy Atau lebih dikenal sebagai Syaikh Yusuf Al-Makassari. Gelar syaikh Yang disandang putra Makassar ini memiliki makna universal, Yang dalam sejarah Nusantara berhubungan dengan ulama Yang menguasai dunia tasawuf. Ia adalah tokoh historis Yang mengembangkan ajaran etika religius dalam dakwahnya.
Ajarannya bersumber dari kitab suci, tradisi, dan pemikiran tokoh-tokoh sejarah. Ia berhasil membawa Islam sebagai agama Yang berkembang di dalam masyarakat yang majemuk, yang kaya Akan pandangan-pandangan atau nilai-nilai tradisional.
Pijakan utama etika religius Syaikh Yusuf bersumber Dari konsepsi Al-Qur’an tentang manusia dan kedudukannya di dalam
alam semesta. Konsep teologi yang digunakan bercorak sufisme.
Menurutnya, “hakikat manusia sebagai bayangan Tuhan di Muka bumi” disebut sebagai konsep Al-Insan Al-Kamil. Konsep Ini berfokus pada spiritualitas yang dapat mengantar manusia ke Alami Ilahiah (alam ketuhanan), melalui potensi batin yang dimilikinya.
Selama hidupnya, Syaikh Yusuf telah menghasilkan Puluhan karya/naskah, yang fokus utamanya adalah tasawuf dan Etika dakwah. Di dalam karya-karyanya juga, Syaikh Yusuf Mengulang tentang kaifiyat dzikir, yaitu dzikir yang mencakup etika religius lahir dan batin, sebagai pancaran kesempurnaan tauhid, makrifat, dan ibadah. Ia juga menjelaskan tentang makna kalimat tauhid Lai ilaaha illa Allah. Dalam kitab Mathalib Salikin misalnya, Syaikh Yusuf menekankan pentingnya memahami tauhid sehingga Tidak mudah terjatuh pada kemusyrikan.
Syaikh Yusuf dikenal sebagai ulama pengembara Untuk berguru kepada syaikh/ulama yang dikenal mumpuni. Setelah belajar agama di Makassar, kehausannya terhadap ilmu-ilmu
agama dilanjutkan dengan mengembara ke daerah-daerah di Tanah Air terutama ke Banten dan Aceh, serta negara-negara Arab.
Syaikh Yusuf meninggal di Cape Town Afrika Selatan Setelah diasingkan oleh penjajah kolonial Belanda akibat dakwah Dan perjuangannya bersama Sultan Banten. Selama empat tahun Di Cape Town, Syaikh Yusuf berhasil membangun komunitas Muslim yang solid, sehingga oleh pemerintah Afrika Selatan Dianugerahi gelar pahlawan nasional.
Demikianlah poin-poin penting yang disuguhkan dalam Kajian tentang Syaikh Yusuf ini. Dalam konteks dakwah Islam Indonesia, kajian tentang etika religius Syaikh Yusuf perlu dikembangkan, karena pesan dakwahnya mencerminkan nilai-nilai Islam Yang toleran, damai, dan jauh dari tindakan-tindakan anarkis dan Teror berhadap kelompok-kelompok masyarakat yang lain. Oleh Karena btu, selayaknyalah pesan-pesan Islam yang damai ini Menjadi bagian dari hidup kita dalam beragama, bermasyarakat, Dan bernegara.
Kami sampaikan terima kasih kepada Bapak Mustari Mustafa yang telah mempercayakan karyanya ini untuk kami terbitkan.
Dan, kepada sidang pembaca yang budiman, buku ini Layak dikedepankan untuk mengisi kekeringan religiusitas kita Dalam satu dekade terakhir ini. Selamat membaca!